Dia adalah manusia yang mempunyai
sejuta perkara dalam hidupnya, sejuta masalah dalam benak pikirannya, sejuta
pertanyaan menancap dalam pundaknya, sejuta ancaman dalam iringan langkahnya,
sejuta hinaan dalam menapaki tujuan citanya serta sejuta godaan dalam mengemban
misi mulianya.
Namun, dia juga sama dengan manusia
lainnya, tidak ada yang berbeda dari segi fisik darinya. Karena dia adalah
manusia sejuta perkara bukan malaikat sejuta sayap ataupun iblis sejuta alfa.
Dia sekarang tengah duduk dibangku
kelas dua belas, disebuah Sekolah Menengah Atas Negeri yang terletak di kawasan
Lengkamaja Utara. Manusia ini adalah anak dari keluarga yang minim ekonomi,
ayahnya tukang becak serta ibunya buka warung. Sekarang dia bersama adik dan
ibunya seatap bertiga, setelah ayahnya meninggal dunia mengidap penyakit batuk
yang telah akut. Namun, manusia ini juga
tampil sebagai incaran para pelajar putri di sekolahnya. Karena Otak dan Penampilannya
elok menawan mata, Motto Hidup yang senantiasa diembannya: “Rendah Hati dan Terus Berbagi”.
Manusia
yang ada dalam kisah ini adalah manusia yang sudah mengalami bagaimana
rasanya menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang). Tepatnya incaran kepala sekolah
serta incaran wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Diincarnya bukan karena manusia
sejuta perkara itu suka malakkin siswa, melanggar rambu-rambu peraturan
sekolah, selalu nunggak bayar SPP, telat mengumpulkan tugas ataupun hobi
merokok di dalam kelas, apalagi mabuk-mabukkan di sekolah. Bukan. Bukan itu.
Namun gara-gara manusia sejuta perkara itu menjadi komponis serta motor
penggerak yang senantiasa mengajak teman sebaya dan adik-adik kelasnya untuk
mengikuti Kajian Keislaman di luar sekolah. Ya, Kajian Islam Remaja (KIR). Cuma itu. Entah kenapa, sehingga manusia
sejuta perkara itu setelah lama menjadi “buronan”
akhirnya dipanggil oleh kepala sekolah
beserta wakil kepala sekolah bagian kesiswaan untuk mempertanggung jawabkan
semuanya. Serta diakhir episode pemanggilan tersebut, manusia sejuta perkara
itu disuguhkan dengan 2 pernyataan dari kepala sekolah yang membuat pikirannya
hancur berkeping-keping. “Silahkan
pilih, Keluar dari instansi dan silahkan
mengajak anak-anak di sekolah ini untuk
mengikuti Kajian Islam Remaja atau tetap di instansi dan berhenti mengajak
anak-anak untuk mengikuti Kajian Islam remaja. Bapak tunggu jawabannya hari
senin” ucap kepsek sambil meletakkan tangannya diatas surat pengunduran
diri untuk manusia sejuta perkara. Problema demi problema senantiasa
mendayu-dayu dihadapan wajahnya yang harus ia tanggung, hadapi dan lewati
dengan senyuman penuh ikhlas. Kronologis pemanggilan Manusia Sejuta Perkara oleh
Kepsek dan Wakasek Kesiswaan, Kurang lebih begini ;
*****
Bel istirahat pertama berbunyi
dengan bunyi bel yang khas di sekolahnya, yang menurutnya sangat aneh dan sukar
untuk dikatakan umum dengan bunyi bel di sekolah lainnya.
Seperti biasa manusia sejuta
perkara, ketika bel istirahat pertama berbunyi, ia langsung menancap gas untuk
mengisi bensin dalam takaran keimanannya karena bensin keimanannya senantiasa
habis di tengah perjalalanan tatkala mengemban misi yang mulianya. Ya,
Berdakwah. Pengisian bensin keimanan itu
tak lain dan tak bukan; menunaikan shalat sunnah duha di masjid sekolahnya.
Masjid yang amat-sangat ia cintai “Masjid al-Azfar” karena di masjid
tersebut ia selalu mencurahkan ide, solusi, tempat halqah alias mengkaji islam,
bahkan jadi tempat curhat, berkeluh kesah dengan sang Rabb semesta alam. Serta
menjadi tempat rapat yang strategis untuk merapatkan kinerja dakwah di
sekolahnya, bareng geng-gengnya yang caem-caem, manis-manis, asem-asem,
asin-asin plus imut-imut dan ia juga sering menyebutnya base camp Azfares.
Suatu hari ia melamun di teras
Masjid Al-Azfar. Sunggingan senyum tak terasa menyelimuti lamunannya seraya
deraian air mata juga tak sengaja terurai dari kedua bola matanya yang indah.
Karena ia masih mengingat jelas, masih hangat dalam memory ingatannya akan
sepotong episode dalam bait perjuangan dakwah di sekolahnya, yang begitu pahit
akan sejuta perkara yang terus merongrong detikkan waktunya.
Tepatnya di hari jum’at jam 10 pagi
kejadian yang tak pernah ia lupakan dalam alur kehidupannya. Ketika ia membuka
sepatu, hendak naik ke atas masjid, karena masjid di sekolahnya lumayan tinggi
sehingga membutuhkan anak tangga untuk memudahkan para penghuni sekolahnya
untuk menunaikan shalat. Tepatnya pas anak tangga ke-3, manusia sejuta perkara
itu terhenti langkahnya karena ada suara yang menghalaunya dari arah belakang.
“Eh Pri (namanya Supri si Manusia Sejuta Perkara), nanti
habis shalat ke ruangan kepala sekolah ya, bareng sama bapak” ungkap wakasek kesiswaan kepadanya.
“Emangnya mau apa pak?” tanya supri keheranan.
“Yaudah, nanti disana aja bapak akan kasih tau dan supri
juga nanti akan tau. Silahkan untuk shalat duha dulu” jawab wakasek meyakinkan sambil
memutar badan, kembali ke ruangan guru, karena ruangan guru bersebelahan dengan
Masjid Al-Azfar.
Ketika Supri hendak menanyakan
kembali, “Pak...pak...” Wakasek Kesiswaan
sudah hilang dihadapannya...
“Kiranya mau apa ya?, Tidak seperti biasanya kepsek manggil,
apa aku berbuat salah ataukah aku melanggar peraturan sekolah...... Kayaknya
tidak, aku setiap hari ta’at kok pada peraturan sekolah, ataukah nunggak SPP,
ah... perasaan bulan ini udah bayar deh. Emm.. Malakkin siswa?, merokok?,
Mabuk? apalagi prilaku yang ini, mana mungkin aku melakukan perbuatan bodoh
seperti itu” Gumam
hati supri tampak kebingungan.
Supri pun kembali meneruskan
langkahnya untuk melaksanakan Shalat Duha.
Dengan hati was-was bercampur
deg-deggan, hatinya begitu bergetar, getarannya bagaikan guncangan gempa yang
amat dahsyat, guncangan gempa tsunami di aceh seakan-akan kalah telak dengan
guncangan hatinya yang semakin tak karuan. Ia pun memberanikan diri menemui
wakasek di ruangan guru.
“Assalamu’alaikum” ucap supri sambil melangkahkan kakinya ke mulut pintu
ruangan guru.
Dan ternyata wakasek sudah siap,
bahkan tengah menanti kedatangannya.
“Wa’alaikumussalam, udah shalat duhanya pri? Tanya wakasek.
“Alhamdulillah udah
pak” balas
supri singkat.
“Bapak udah nunggu dari tadi loh?” sambil melihat ke arah jarum jam
yang ada ditangannya “kira-kira udah 20
menitan pri”
“Oh maaf pak, maaf,
kirain gak nunggu”
jawab supri serasa bersalah.
“Yaudah gapapa, tadi ada sms dari kepsek katanya ditunggu” sambil menepuk pundak supri.
Wakasek pun berdiri beranjak dari
tempat duduknya, membimbing langkah supri menuju ruangan kepsek.
Di tengah perjalanan “Nanti supri juga akan tau kenapa supri
dipanggil” ungkap wakasek merangkul pundak supri.
Supri hanya bisa menganggukkan kepalanya
dengan hati yang cemas dan was-was “Iya
pak” tanpa ada kata yang ikut mengiringi..
Setibanya di tempat tujuan. Di
ruangan kepsek.
“Assalamu’alaikum” ucapan salam wakasek dan supri berbarengan “tuk..tuk..tuk” sambil mengetuk pintu abu-abu ruangan kepsek.
“Wa’alaikumussalam” jawab kepsek dari dalam sembari membuka pintu “Oh pak diman dan supri, silahkan masuk,”
Suasana begitu hening mencekam,
selama beberapa menit setelah mereka bertiga duduk di kursi empuk yang ada di
ruangan kepsek. Kepsek menghadap ke arah utara, supri menghadap ke arah barat
serta pak diman menghadap ke arah selatan..
Mereka bertiga merapihkan duduknya
masing-masing.
Supri memberanikan diri untuk
mengawali percakapan “Mmm... Sebenarnya
mau apa ya pak, supri dipanggil kesini?” ungkap supri to the point pada
kepsek.
“Yasudah langsung saja. Jadi gini, maksud supri dipanggil
kesini untuk mengkonfirmasi atau menanyakan, apa bener supri menulis status di
facebook haramnya menyanyikan lagu “Bagimu Negeri?” tanya kepsek pada supri.
Sontak kaget bukan kepalang hatinya
supri, ditanya tentang status facebooknya “ternyata
statusku ada yang mengawasi, ada inteligent rupanya?” bisik hati supri.
“Nggak pak, supri nggak pernah buat status seperti apa yang
bapak tuduhkan, namun jujur supri pernah membagikan status orang ke beranda
supri tentang hal itu. Tetapi selang 3 jam langsung supri delete pak!” Jawab supri dengan santai.
“Tapi kata guru kesenian, katanya supri enggak menghapus
status itu, masih ada dalam beranda?” lanjut kepsek.
“Kalau bapak masih nggak percaya, sekarang supri akan masuk
akun facebook dan silahkan cek apakah masih ada atau tidak status itu” balas Supri dengan yakinnya. Namun
kepsek keliatan yakin bahwasanya status yang dibagikan supri sudah di hapus dan
memang status yang dibagikan supri telah dihapus.
“Namun, yang harus supri catet. Seharusnya supri jangan
melakukan hal itu, karena apabila supri membagikan status seperti itu. sudah
jelas, bertentangan dengan pancasila, bertentangan dengan ideologi bangsa kita
pri, satu lagi bertentangan dengan instansi sekolah kita yang berstatus negeri.
Jadi kalo supri ingin membagikan atau menulis status yang bertentangan dengan
bangsa kita, yaudah jangan bersekolah yang berstatus negeri, cari sekolah yang
berstatus swasta yang tidak dibiayai oleh pemerintah” tegas
kepsek dengan memasang wajah yang sangat
serius.
Supri hanya menganggukkan kepala “Iya pak, nanti supri akan lebih pandai lagi
dalam memfilter status, terima kasih pak atas masukkannya” jawab supri
dengan wajah datar.
“Terus apa bener, supri juga aktif di harakah Hizb?” kepsek kembali meneruskan
pertanyaannya.
Supri dikagetkan kembali dengan
pertanyaan yang tak diduga olehnya “Emangnya
kenapa pak, ada yang salah dengan Harakah itu?” “O ya, kata siapa bapaknya?”
supri menambahkan.
“Tidak ada yang
salah, namun Harakah Hizb itu bertolak belakang dengan ideologi negara kita,
terus harakah hizb beserta aktivisnya itu hipokrit! (munafik), katanya anti pemerintah, tidak cinta tanah air,
katanya mengatakan pemerintah itu Thagut (Dajjal) yang tidak mau menerapkan
sistem islam. Tapi mereka kok dengan enaknya makan dari uang pemerintah, malah
tetep tinggal di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) kan itu namanya
Munafik pri. Bapak tau kalo supri itu aktif di hizb dari pak diman, benerkan
pak diman?” Tanya
kepsek ke pak diman.
“Ternyata dalang dari semua ini adalah pak diman, dia
ternyata inteligentnya. Kebusukan hati yang tertutup tirai. Lihat saja nanti
pak. Tirai yang senantiasa engkau sembunyikan akan aku singkap ke permukaan” gumam hati supri menatap wajah pak
diman.
“Ya bener pak, dan yang harus supri tau dan nanti kasih tau
para aktivis hizb lainnya. Tidak usah deh mengusung ide khilafah untuk solusi
atas negeri ini, karena khilafah itu ide usang yang tidak boleh di usung” jawab pak diman dengan nada santai
namun begitu berbahaya.
Sontak supri angkat bicara “Maaf sebelumnya pak, bukan hendak menggurui
atau maaf juga bila ada kata dan nada bicara supri yang tidak sopan, namun ini
semata-mata hanya ingin menyampaikan pemahaman supri tentang hal ini.
Sebenarnya supri itu mengkaji islam ke harakah mana saja pak, asalkan harakah
itu satu. Tidak bertentangan dengan al-qur’an dan assunah. Dan yang harus bapak
tau, Supri itu suka ikutan khuruz bareng JT (Jemaah Tabligh) untuk agenda
hafalan qur’an supri, tapi selalu ikutnya pas waktu libur sekolah. Supri juga
suka menimba ilmu bareng kawan-kawan NU (Nahdlatul Ulama), Persis (Persatuan
Islam), Muhammadiyah di desa. bahkan aktif juga share ilmu bareng anak-anak
Tarbiyah. Terus kata siapa pak, hizb itu anti pemerintah? tidak cinta tanah
air? Mengatakan pemerintah itu Dajjal/Thogut? Astaghfirullah, Itu fitnah yang
dilontarkan oleh oknum yang terbalut dalam selimut dan setau supri Hizb itu
cinta indonesia, bukti cintanya, ingin indonesia sejahtera dengan naungan
sistem yang di Ridhoi Allah bukan sistem menyengsarakan buatan manusia yang
lemah dan terbatas. Cinta indonesia tapi anti nasionalime pak singkatnya. Karena akibat paham nasionalisme itu sendiri,
bapak juga pasti lebih mengetahui daripada supri, bagaimana media-media massa
yang gencar memberitakan, bahwasanya saudara-saudara kita di timur tengah sana
sedang terlalaikan oleh saudara-saudara seakidahnya, sedang terjajah secara
fisik dan bathin, sedang di kambing hitamkan oleh musuh-musuh islam, padahal
kalau ummat muslim sedunia bersatu dalam ikatan akidah itu bisa berdampak
menggetarkan musuh-musuh islam pak. Sialnya tadi, gara-gara paham nasionalisme
ummat muslim sekarang seperti buih dilautan pak........”
“Tapi, supri itu kalo dalam bahasa walimahnya sudah di
khitbah sama Hizb”
kepsek memotong penjelasan supri.
Supri kaget “Hah di khitbah, Buktinya apa pak, bisa mengatakan sepeti itu?”
Kepsek diam membisu..
“Terus usangan mana pak antara sistem Islam dengan sitem
demokrasi, sistem demokrasi itu hadir jauh sebelum datangnya masehi, justru
demokrasi itu harus dicampakkan kedalam tong sampah yang sangat dalam! Itu
menurut islam pak, bukan menurut harakah tertentu saja. sangat tidak layak lagi
untuk di jadikan sebuah sistem apalagi sebuah ideologi. Sekarang banyak orang
miskin yang semakin menjadi-jadi bukan karena mereka malas, melainkan sistem
hari ini yang memaksa mereka tetap miskin! Jadi yang berhak dikatakan yang
usang gak boleh di usung itu yang mana pak, Islam atau Demokrasi?” Jawab supri ke pak diman dengan
nada dan kata yang mulai tak tersistematis.
Mulut pak diman terlihat terasa
sangat gatal, ingin membantah akan jawaban yang supri lontarkan padanya.
Sambil menepuk pundak supri “Pri, tidak usah ikutan harakah yang
berbau-bau politik, karena supri itu belum saatnya untuk ikut terjun dalam
dunia politik. Belum saatnya pri, silahkan kalau sudah jadi mahasiswa, mau ikut
ke harakah Hizb, ke Ikhwanul Muslimin, ke Al-Qaeda, Majelis Mujahidin Indonesia
dan lain sebagainya. Silakan. Karena itu sudah masanya. Tapi, Sekarang supri
harus fokus sama sekolah, fokus belajar untuk persiapan menghadapi UN.
Dakwahnya di lingkungan sekolah dulu, ramaikan lembaga dakwah yang ada di
sekolah kita, bukan sebaliknya yang di luar sekolah malah di ramaikan. Terus
ajakkin juga temen2, adik2 kelas supri yang sudah terajak dakwah bareng Hizb
untuk bersama2 meramaikan lembaga dakwah yang ada di sekolah kita, karena supri
merupakan motor penggerak dari semua ini” ungkap kepsek membujuk.
Pak Diman terlihat hanya diam, asyik
memandang kepsek dan supri yang tengah berdialog. sesekali dia memanasi kepsek
untuk mengambil tindakan tegas pada supri.
Supri sejenak berpikir “Aku teringat akan perjuangan dakwah Nabi
Muhammad ketika dibujuk dengan harta, tahta dan wanita oleh kaum kafir quraisy,
namun beliau sama sekali tidak tergiur sedikitpun dari tawaran ketiganya.
Justru dengan tegasnya beliau menolaknya mentah—mentah dan aku juga teringat
dengan Generasi abad ke-7 (Generasi para Shahabat) dan generasi para
Musafir-Musafir Ilmu yang diterjang badai godaan namun mereka tetap siqqoh dan tidak
terperangkap dengan rayuan-rayuan yang menyesatkan. Masak aku manusia biasa mau
tertarik dengan bujukan ini” lirih hatinya meyakinkan.
Pak kepsek beranjak dari duduknya,
mengambil sebuah map hijau yang ada di meja kerjanya.
“Pri, kalo seandainya supri masih ngotot untuk terus aktif
mengkaji islam di luar sekolah bareng temen-temen Hizb. Ini surat pengunduran
diri dari sekolah untuk supri yang harus ditanda tangani” kepsek menyodorkan map hijau yang
didalamnya tertera surat pengunduran diri untuk supri.
“Hah”
mata supri terbelalak karena kagetnya. “Hanya
karena ini pihak sekolah mau mengeluarkanku dari instansi, tapi berbanding
terbalik, sekolah ini hanya bisa diam seribu bahasa tatkala teman-temanku
berbuat kesalahan yang sangat over, mabuk, bolos sekolah, melanggar peraturan
sekolah, nunggak bayar SPP, merokok, pacaran!. Ini tak adil bagiku!” gumam
hati supri begitu geramnya.
“Nanti pak, supri
pikir-pikir lagi. In Sya’ Allah senin keputusannya” ungkap supri dengan wajah yang
ditekuk.
“Ditunggu ya pri” balas kepsek.
Sunggingan senyum yang sangat cerah
menggurati bibir pak diman.
Supri dan pak diman pun keluar dari
ruangan kepsek.
“Pikir-pikir lagi yang mateng ya pri. Lebih baik tinggalkan
saja agenda-agenda luar yang menyedot energi belajar supri. Sekarang fokus
untuk menghadapi UN”
rayu pak diman.
Supri hanya diam dengan hati yang
luluh lantah-berkeping-keping.
Ia meminta saran dan solusi ke
sahabat dan ustadznya tentang masalah yang tengah ia hadapi. Alhamdulillah ia
tidak menyangka mendapatkan suntikan energi yang sangat dahsyat dari
sahabat-sahabat dakwah dan ustadz-ustadznya.
“Laa Tahzan Innallaha Ma’ana : Jangan bersedih hati.
Sesungguhnya Allah bersama kita” dan ingat pri “Duri hari ini adalah bunga di
hari esok”. Gumam
hati supri meneguhkan langkahnya untuk terus gencar dalam berdakwah.
Senin pun menjelang. Dimana
keputusan itu harus dilontarkan. Antara keluar dari Dakwah atau Dari Instansi
sekolah?
Namun di hari H Supri keheranan.
Karena dari pihak sekolah, baik dari kepseknya sendiri ataupun dari wakasek
kesiswaan tidak ada yang memanggil dirinya.
Alhamdulillah, berkat Kesiqqohan dan
Keistiqomahan Supri dalam berdakwah serta keuletan dan keseriusannya tatkala
melakukan kebaikan disekolahnya, Allah pun menolongnya. karena ia sangat haqqul
yakin akan janji Allah, bahwasanya "Ing
tang surullaha yang surkum wa yu tsabit akdamakum : Barangsiapa yang menolong
agama Allah niscaya Allah pun akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya."
(Terjemahan Qur’an Surah. Muhammad : 07).
Dan pada akhirnya surat pengunduran
diri untuknya lapuk dimakan waktu. Supri pun bersyukur atas nikmat yang telah
Allah karuniakan kepadanya “Tidak ada
masalah tanpa adanya jalan keluar” bisik hati supri meyakinkan.
Lisannya kembali mengucap syukur,
karena Supri diijinkan oleh Kepsek untuk mengajak siswa-siswi yang ada di
Sekolahnya untuk mengikuti Kajian Islam Rema (KIR). Ia juga memiliki inisiatif yang
sangat cerdas untuk mengadakan Kajian Islam yang serupa dengan Kajian Islam Remaja (KIR). Langsung ia susun
dan ia beri nama Kajian Islam itu Kajian
Islam Super Intensif (KISI) yang diadakan olehnya bersama seksi bidang
kerohanian OSIS setiap Hari Senin, sehabis pulang Sekolah di Ruangan Multimedia
dan Alhamdulillah Kajian Islam Super Intensif mendapat restu positif dari pihak sekolah.
Kajian Islam Super Intensif, ia
awali dengan topik bahasan yang bikin panas kuping para aktivis pacaran di
Sekolahnya. Yakni mengupas-tuntas tentang modus-modus indah dalam berpacaran.
Ya, “Cinta Kita Memang Beda : Kuning
kunanti, Jingga kudapati.” Walhasil Supri pun (Si Manusia Sejuta Perkara) semakin
dijauhi, dibenci-dicaci-dimaki bahkan senantiasa mendapat tawaran duel secara
jantan oleh para aktivis pacaran di sekolahnya. Namun, semakin banyak para
aktivis pacaran yang membencinya justru membuat Supri semakin tertantang untuk
melejitkan dakwah di sekolahnya. Dan pada akhir petualangannya membasmi hama
pacaran, ia memberanikan diri mengirimkan sepucuk surat cinta untuk sahabatnya
yang sudah teracuni oleh hama pacaran stadium 4. Yang dimana didalam suratnya
termuat haramnya melakukan aktivitas pacaran. Kurang lebih isinya seperti ini ;
*****
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Jujur, setiap hari bahkan setiap saat saya selalu melihat
sahabat tengah asyik sekali duduk dua-duaan ngobrol sama pacar sahabat. Entah
saya juga tidak tau menau apa yang sahabat obrolkan. Maaf sebelumnya bukan iri
ataupun hendak menggurui namun ini semata-mata hanya mengingatkan dan
menyampaikan kebenaran! Cuma itu.
Hati-hati sahabat, Iblis senantiasa merongrong manusia
setiap hari-setiap saat dengan tipu daya muslihat yang begitu nikmat menurut
kacamata syahwat, yang itu semua akan berdampak berbahaya bagi keimanan kita,
sehingga hati dan iman kita akan jatuh dan mudah untuk berkarat. Salah satunya
adalah aktivitas khalwat (dua-duaan) sahabat dengan pacar sahabat yang
senantiasa dilakukan setiap hari-setiap saat. Katahuilah sahabat, aktivitas
pacaran itu adalah salah satu tipu daya muslihat syahwat yang begitu memikat untuk
menjatuhkan Sahabat berdua kedalam gerbang perzinahan yang begitu menggeliat (Silahkan
Cek QS. Al-Isro : 32) dan tentunya akan terjerumus kedalam lubang kobaran api
neraka jahanam yang sangat hitam pekat. Sepakat?
Kenapa
saya harus mengingatkan? peduli amat sih?emangnya siapa saya buat sahabat?
•
Karena Sahabat adalah sahabat
saya yang saya sayangi. Saking sayangnya, saya gak mau Sahabat dan pacar
Sahabat, badannya tersentuh oleh panasnya api neraka.
•
Karena Sahabat dengan pacar Sahabat,
Belum ada cap Halal dari stempel Islam. Jadi
akan berdosa jika Sahabat masih tetep berdua-duaan setiap hari bahkan setiap
saat.
•
Karena Sahabat dengan pacar Sahabat
masih ada dalam lingkungan sekolah, maka tidak sepatutnya melakukan hal seperti
itu. Syukur-syukur di luar sekolah Sahabat tidak berdua-duaan dengan pacar Sahabat.
Itu yang Allah dan Rasulullah inginkan dan tentunya oleh saya pribadi juga
sangat menginginkannya .
Kalau Sahabat masih nekad alias masih
tetap melakukan aktivitas dua-duannya. Sungguh! saya akan laporkan sahabat
beserta pacar sahabat pada pihak sekolah untuk ditindak lanjuti. It’s Your
Choice Sob!
Terimakasih saya haturkan atas
semuanya, semoga bisa di jalankan amanah ini dengan hati yang lapang dan penuh
dengan keikhlasan.
Dariku,
Sahabat yang menyayangimu..
Supriadi
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Namun
setelah surat itu meluncur dan diterima serta dibaca. Tak diduga olehnya,
sehabis bel pulang berbunyi, tepatnya dipersimpangan jalan ia dihadang oleh
segerombolan aktivis pacaran untuk mengajaknya duel bersama. Dari arah belakang
terlihat ada 2 orang lelaki berkaos hitam Marjinal, disamping kanan-kiri
berdiri 2 orang lelaki pucat-pasi dan dari arah depan ada 2 orang lelaki
hitam-kucel tengah mengepalkan tangan mereka untuk dilayangkan kearah wajahnya
Manusia Sejuta Perkara (Supri). Namun dengan santainya Supri menjawab “Saya hanya mengingatkan bukan untuk
menggurui, saya hanya menunaikan amanah bukan untuk membuat kalian marah, saya
sangat sayang pada kalian bukan iri dengan aktivitas pacaran kalian,
terimakasih ijinkan saya untuk pulang”. Akhirnya dengan ucapannya seperti
itu, luluh lantah hati para aktivis pacaran dibuatnya dan pada akhirnya
membiarkan manusia sejuta perkara itu pulang tanpa ada gangguan sedikitpun dari
mereka.
Ini
hanya segelintir kisahku “Sang Musafir
di Bumi Allah” yang benar-benar terjadi dalam dunia nyata bukan hanya dalam
Fiktif Belaka. Semoga bisa MengInspirasi-Memotivasi Sahabat Fillah semuanya, khususnya
yang lagi asyik membaca dan yang lagi tengah menghiba. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar