Index Labels

Manusia Sejuta Perkara

Posted by Ucu Supriadi

Dia adalah manusia yang mempunyai sejuta perkara dalam hidupnya, sejuta masalah dalam benak pikirannya, sejuta pertanyaan menancap dalam pundaknya, sejuta ancaman dalam iringan langkahnya, sejuta hinaan dalam menapaki tujuan citanya serta sejuta godaan dalam mengemban misi mulianya.
Namun, dia juga sama dengan manusia lainnya, tidak ada yang berbeda dari segi fisik darinya. Karena dia adalah manusia sejuta perkara bukan malaikat sejuta sayap ataupun iblis sejuta alfa.
Dia sekarang tengah duduk dibangku kelas dua belas, disebuah Sekolah Menengah Atas Negeri yang terletak di kawasan Lengkamaja Utara. Manusia ini adalah anak dari keluarga yang minim ekonomi, ayahnya tukang becak serta ibunya buka warung. Sekarang dia bersama adik dan ibunya seatap bertiga, setelah ayahnya meninggal dunia mengidap penyakit batuk yang telah akut.  Namun, manusia ini juga tampil sebagai incaran para pelajar putri di sekolahnya. Karena Otak dan Penampilannya elok menawan mata, Motto Hidup yang senantiasa diembannya: “Rendah Hati dan Terus Berbagi”.
 Manusia  yang ada dalam kisah ini adalah manusia yang sudah mengalami bagaimana rasanya menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang). Tepatnya incaran kepala sekolah serta incaran wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Diincarnya bukan karena manusia sejuta perkara itu suka malakkin siswa, melanggar rambu-rambu peraturan sekolah, selalu nunggak bayar SPP, telat mengumpulkan tugas ataupun hobi merokok di dalam kelas, apalagi mabuk-mabukkan di sekolah. Bukan. Bukan itu. Namun gara-gara manusia sejuta perkara itu menjadi komponis serta motor penggerak yang senantiasa mengajak teman sebaya dan adik-adik kelasnya untuk mengikuti Kajian Keislaman di luar sekolah. Ya, Kajian Islam Remaja (KIR). Cuma itu. Entah kenapa, sehingga manusia sejuta perkara itu setelah lama menjadi “buronan” akhirnya dipanggil oleh kepala sekolah beserta wakil kepala sekolah bagian kesiswaan untuk mempertanggung jawabkan semuanya. Serta diakhir episode pemanggilan tersebut, manusia sejuta perkara itu disuguhkan dengan 2 pernyataan dari kepala sekolah yang membuat pikirannya hancur berkeping-keping. “Silahkan pilih,  Keluar dari instansi dan silahkan mengajak anak-anak  di sekolah ini untuk mengikuti Kajian Islam Remaja atau tetap di instansi dan berhenti mengajak anak-anak untuk mengikuti Kajian Islam remaja. Bapak tunggu jawabannya hari senin” ucap kepsek sambil meletakkan tangannya diatas surat pengunduran diri untuk manusia sejuta perkara. Problema demi problema senantiasa mendayu-dayu dihadapan wajahnya yang harus ia tanggung, hadapi dan lewati dengan senyuman penuh ikhlas. Kronologis pemanggilan Manusia Sejuta Perkara oleh Kepsek dan Wakasek Kesiswaan, Kurang lebih begini ;
*****
Bel istirahat pertama berbunyi dengan bunyi bel yang khas di sekolahnya, yang menurutnya sangat aneh dan sukar untuk dikatakan umum dengan bunyi bel di sekolah lainnya.
Seperti biasa manusia sejuta perkara, ketika bel istirahat pertama berbunyi, ia langsung menancap gas untuk mengisi bensin dalam takaran keimanannya karena bensin keimanannya senantiasa habis di tengah perjalalanan tatkala mengemban misi yang mulianya. Ya, Berdakwah.  Pengisian bensin keimanan itu tak lain dan tak bukan; menunaikan shalat sunnah duha di masjid sekolahnya. Masjid  yang amat-sangat ia cintai “Masjid al-Azfar” karena di masjid tersebut ia selalu mencurahkan ide, solusi, tempat halqah alias mengkaji islam, bahkan jadi tempat curhat, berkeluh kesah dengan sang Rabb semesta alam. Serta menjadi tempat rapat yang strategis untuk merapatkan kinerja dakwah di sekolahnya, bareng geng-gengnya yang caem-caem, manis-manis, asem-asem, asin-asin plus imut-imut dan ia juga sering menyebutnya base camp Azfares.
Suatu hari ia melamun di teras Masjid Al-Azfar. Sunggingan senyum tak terasa menyelimuti lamunannya seraya deraian air mata juga tak sengaja terurai dari kedua bola matanya yang indah. Karena ia masih mengingat jelas, masih hangat dalam memory ingatannya akan sepotong episode dalam bait perjuangan dakwah di sekolahnya, yang begitu pahit akan sejuta perkara yang terus merongrong detikkan waktunya.
Tepatnya di hari jum’at jam 10 pagi kejadian yang tak pernah ia lupakan dalam alur kehidupannya. Ketika ia membuka sepatu, hendak naik ke atas masjid, karena masjid di sekolahnya lumayan tinggi sehingga membutuhkan anak tangga untuk memudahkan para penghuni sekolahnya untuk menunaikan shalat. Tepatnya pas anak tangga ke-3, manusia sejuta perkara itu terhenti langkahnya karena ada suara yang menghalaunya dari arah belakang.
“Eh Pri (namanya Supri si Manusia Sejuta Perkara), nanti habis shalat ke ruangan kepala sekolah ya, bareng sama bapak” ungkap wakasek kesiswaan kepadanya.
“Emangnya mau apa pak?” tanya supri keheranan.
“Yaudah, nanti disana aja bapak akan kasih tau dan supri juga nanti akan tau. Silahkan untuk shalat duha dulu” jawab wakasek meyakinkan sambil memutar badan, kembali ke ruangan guru, karena ruangan guru bersebelahan dengan Masjid Al-Azfar.
Ketika Supri hendak menanyakan kembali, “Pak...pak...” Wakasek Kesiswaan sudah hilang dihadapannya...
“Kiranya mau apa ya?, Tidak seperti biasanya kepsek manggil, apa aku berbuat salah ataukah aku melanggar peraturan sekolah...... Kayaknya tidak, aku setiap hari ta’at kok pada peraturan sekolah, ataukah nunggak SPP, ah... perasaan bulan ini udah bayar deh. Emm.. Malakkin siswa?, merokok?, Mabuk? apalagi prilaku yang ini, mana mungkin aku melakukan perbuatan bodoh seperti itu” Gumam hati supri tampak kebingungan.
Supri pun kembali meneruskan langkahnya untuk melaksanakan Shalat Duha.
Dengan hati was-was bercampur deg-deggan, hatinya begitu bergetar, getarannya bagaikan guncangan gempa yang amat dahsyat, guncangan gempa tsunami di aceh seakan-akan kalah telak dengan guncangan hatinya yang semakin tak karuan. Ia pun memberanikan diri menemui wakasek di ruangan guru.
“Assalamu’alaikum” ucap supri sambil melangkahkan kakinya ke mulut pintu ruangan guru.
Dan ternyata wakasek sudah siap, bahkan tengah menanti kedatangannya.
“Wa’alaikumussalam, udah shalat duhanya pri? Tanya wakasek.
 “Alhamdulillah udah pak” balas supri singkat.
“Bapak udah nunggu dari tadi loh?” sambil melihat ke arah jarum jam yang ada ditangannya “kira-kira udah 20 menitan pri”
“Oh maaf pak, maaf,  kirain gak nunggu” jawab supri serasa bersalah.
“Yaudah gapapa, tadi ada sms dari kepsek katanya ditunggu” sambil menepuk pundak supri.
Wakasek pun berdiri beranjak dari tempat duduknya, membimbing langkah supri menuju ruangan kepsek.
Di tengah perjalanan “Nanti supri juga akan tau kenapa supri dipanggil” ungkap wakasek merangkul pundak supri.
Supri hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan hati yang cemas dan was-was “Iya pak” tanpa ada kata yang ikut mengiringi..
Setibanya di tempat tujuan. Di ruangan kepsek.
“Assalamu’alaikum” ucapan salam wakasek dan supri berbarengan “tuk..tuk..tuk”  sambil mengetuk pintu abu-abu ruangan kepsek.
“Wa’alaikumussalam” jawab kepsek dari dalam sembari membuka pintu “Oh pak diman dan supri, silahkan masuk,”
Suasana begitu hening mencekam, selama beberapa menit setelah mereka bertiga duduk di kursi empuk yang ada di ruangan kepsek. Kepsek menghadap ke arah utara, supri menghadap ke arah barat serta pak diman menghadap ke arah selatan..
Mereka bertiga merapihkan duduknya masing-masing.
Supri memberanikan diri untuk mengawali percakapan “Mmm... Sebenarnya mau apa ya pak, supri dipanggil kesini?” ungkap supri to the point pada kepsek.
“Yasudah langsung saja. Jadi gini, maksud supri dipanggil kesini untuk mengkonfirmasi atau menanyakan, apa bener supri menulis status di facebook haramnya menyanyikan lagu “Bagimu Negeri?” tanya kepsek pada supri.
Sontak kaget bukan kepalang hatinya supri, ditanya tentang status facebooknya “ternyata statusku ada yang mengawasi, ada inteligent rupanya?” bisik hati supri.
“Nggak pak, supri nggak pernah buat status seperti apa yang bapak tuduhkan, namun jujur supri pernah membagikan status orang ke beranda supri tentang hal itu. Tetapi selang 3 jam langsung supri delete pak!” Jawab supri dengan santai.
“Tapi kata guru kesenian, katanya supri enggak menghapus status itu, masih ada dalam beranda?” lanjut kepsek.
“Kalau bapak masih nggak percaya, sekarang supri akan masuk akun facebook dan silahkan cek apakah masih ada atau tidak status itu” balas Supri dengan yakinnya. Namun kepsek keliatan yakin bahwasanya status yang dibagikan supri sudah di hapus dan memang status yang dibagikan supri telah dihapus.
“Namun, yang harus supri catet. Seharusnya supri jangan melakukan hal itu, karena apabila supri membagikan status seperti itu. sudah jelas, bertentangan dengan pancasila, bertentangan dengan ideologi bangsa kita pri, satu lagi bertentangan dengan instansi sekolah kita yang berstatus negeri. Jadi kalo supri ingin membagikan atau menulis status yang bertentangan dengan bangsa kita, yaudah jangan bersekolah yang berstatus negeri, cari sekolah yang berstatus swasta yang tidak dibiayai oleh pemerintah” tegas kepsek dengan memasang  wajah yang sangat serius.
Supri hanya menganggukkan kepala “Iya pak, nanti supri akan lebih pandai lagi dalam memfilter status, terima kasih pak atas masukkannya” jawab supri dengan wajah datar.
“Terus apa bener, supri juga aktif di harakah Hizb?” kepsek kembali meneruskan pertanyaannya.
Supri dikagetkan kembali dengan pertanyaan yang tak diduga olehnya “Emangnya kenapa pak, ada yang salah dengan Harakah itu?” “O ya, kata siapa bapaknya?” supri menambahkan.
 “Tidak ada yang salah, namun Harakah Hizb itu bertolak belakang dengan ideologi negara kita, terus harakah hizb beserta aktivisnya itu hipokrit! (munafik),  katanya anti pemerintah, tidak cinta tanah air, katanya mengatakan pemerintah itu Thagut (Dajjal) yang tidak mau menerapkan sistem islam. Tapi mereka kok dengan enaknya makan dari uang pemerintah, malah tetep tinggal di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) kan itu namanya Munafik pri. Bapak tau kalo supri itu aktif di hizb dari pak diman, benerkan pak diman?” Tanya kepsek ke pak diman.
“Ternyata dalang dari semua ini adalah pak diman, dia ternyata inteligentnya. Kebusukan hati yang tertutup tirai. Lihat saja nanti pak. Tirai yang senantiasa engkau sembunyikan akan aku singkap ke permukaan” gumam hati supri menatap wajah pak diman.
“Ya bener pak, dan yang harus supri tau dan nanti kasih tau para aktivis hizb lainnya. Tidak usah deh mengusung ide khilafah untuk solusi atas negeri ini, karena khilafah itu ide usang yang tidak boleh di usung” jawab pak diman dengan nada santai namun begitu berbahaya.
Sontak supri angkat bicara “Maaf sebelumnya pak, bukan hendak menggurui atau maaf juga bila ada kata dan nada bicara supri yang tidak sopan, namun ini semata-mata hanya ingin menyampaikan pemahaman supri tentang hal ini. Sebenarnya supri itu mengkaji islam ke harakah mana saja pak, asalkan harakah itu satu. Tidak bertentangan dengan al-qur’an dan assunah. Dan yang harus bapak tau, Supri itu suka ikutan khuruz bareng JT (Jemaah Tabligh) untuk agenda hafalan qur’an supri, tapi selalu ikutnya pas waktu libur sekolah. Supri juga suka menimba ilmu bareng kawan-kawan NU (Nahdlatul Ulama), Persis (Persatuan Islam), Muhammadiyah di desa. bahkan aktif juga share ilmu bareng anak-anak Tarbiyah. Terus kata siapa pak, hizb itu anti pemerintah? tidak cinta tanah air? Mengatakan pemerintah itu Dajjal/Thogut? Astaghfirullah, Itu fitnah yang dilontarkan oleh oknum yang terbalut dalam selimut dan setau supri Hizb itu cinta indonesia, bukti cintanya, ingin indonesia sejahtera dengan naungan sistem yang di Ridhoi Allah bukan sistem menyengsarakan buatan manusia yang lemah dan terbatas. Cinta indonesia tapi anti nasionalime pak singkatnya.  Karena akibat paham nasionalisme itu sendiri, bapak juga pasti lebih mengetahui daripada supri, bagaimana media-media massa yang gencar memberitakan, bahwasanya saudara-saudara kita di timur tengah sana sedang terlalaikan oleh saudara-saudara seakidahnya, sedang terjajah secara fisik dan bathin, sedang di kambing hitamkan oleh musuh-musuh islam, padahal kalau ummat muslim sedunia bersatu dalam ikatan akidah itu bisa berdampak menggetarkan musuh-musuh islam pak. Sialnya tadi, gara-gara paham nasionalisme ummat muslim sekarang seperti buih dilautan pak........”
“Tapi, supri itu kalo dalam bahasa walimahnya sudah di khitbah sama Hizb” kepsek memotong penjelasan supri.
Supri kaget “Hah di khitbah, Buktinya apa pak, bisa mengatakan sepeti itu?”
Kepsek diam membisu..
“Terus usangan mana pak antara sistem Islam dengan sitem demokrasi, sistem demokrasi itu hadir jauh sebelum datangnya masehi, justru demokrasi itu harus dicampakkan kedalam tong sampah yang sangat dalam! Itu menurut islam pak, bukan menurut harakah tertentu saja. sangat tidak layak lagi untuk di jadikan sebuah sistem apalagi sebuah ideologi. Sekarang banyak orang miskin yang semakin menjadi-jadi bukan karena mereka malas, melainkan sistem hari ini yang memaksa mereka tetap miskin! Jadi yang berhak dikatakan yang usang gak boleh di usung itu yang mana pak, Islam atau Demokrasi?” Jawab supri ke pak diman dengan nada dan kata yang mulai tak tersistematis.
Mulut pak diman terlihat terasa sangat gatal, ingin membantah akan jawaban yang supri lontarkan padanya.
Sambil menepuk pundak supri “Pri, tidak usah ikutan harakah yang berbau-bau politik, karena supri itu belum saatnya untuk ikut terjun dalam dunia politik. Belum saatnya pri, silahkan kalau sudah jadi mahasiswa, mau ikut ke harakah Hizb, ke Ikhwanul Muslimin, ke Al-Qaeda, Majelis Mujahidin Indonesia dan lain sebagainya. Silakan. Karena itu sudah masanya. Tapi, Sekarang supri harus fokus sama sekolah, fokus belajar untuk persiapan menghadapi UN. Dakwahnya di lingkungan sekolah dulu, ramaikan lembaga dakwah yang ada di sekolah kita, bukan sebaliknya yang di luar sekolah malah di ramaikan. Terus ajakkin juga temen2, adik2 kelas supri yang sudah terajak dakwah bareng Hizb untuk bersama2 meramaikan lembaga dakwah yang ada di sekolah kita, karena supri merupakan motor penggerak dari semua ini” ungkap kepsek membujuk.
Pak Diman terlihat hanya diam, asyik memandang kepsek dan supri yang tengah berdialog. sesekali dia memanasi kepsek untuk mengambil tindakan tegas pada supri.
Supri sejenak berpikir “Aku teringat akan perjuangan dakwah Nabi Muhammad ketika dibujuk dengan harta, tahta dan wanita oleh kaum kafir quraisy, namun beliau sama sekali tidak tergiur sedikitpun dari tawaran ketiganya. Justru dengan tegasnya beliau menolaknya mentah—mentah dan aku juga teringat dengan Generasi abad ke-7 (Generasi para Shahabat) dan generasi para Musafir-Musafir Ilmu yang diterjang badai godaan namun mereka tetap siqqoh dan tidak terperangkap dengan rayuan-rayuan yang menyesatkan. Masak aku manusia biasa mau tertarik dengan bujukan ini” lirih hatinya meyakinkan.
Pak kepsek beranjak dari duduknya, mengambil sebuah map hijau yang ada di meja kerjanya.
“Pri, kalo seandainya supri masih ngotot untuk terus aktif mengkaji islam di luar sekolah bareng temen-temen Hizb. Ini surat pengunduran diri dari sekolah untuk supri yang harus ditanda tangani” kepsek menyodorkan map hijau yang didalamnya tertera surat pengunduran diri untuk supri.
“Hah” mata supri terbelalak karena kagetnya. “Hanya karena ini pihak sekolah mau mengeluarkanku dari instansi, tapi berbanding terbalik, sekolah ini hanya bisa diam seribu bahasa tatkala teman-temanku berbuat kesalahan yang sangat over, mabuk, bolos sekolah, melanggar peraturan sekolah, nunggak bayar SPP, merokok, pacaran!. Ini tak adil bagiku!” gumam hati supri begitu geramnya.
 “Nanti pak, supri pikir-pikir lagi. In Sya’ Allah senin keputusannya” ungkap supri dengan wajah yang ditekuk.
“Ditunggu ya pri” balas kepsek.
Sunggingan senyum yang sangat cerah menggurati bibir pak diman.
Supri dan pak diman pun keluar dari ruangan kepsek.
“Pikir-pikir lagi yang mateng ya pri. Lebih baik tinggalkan saja agenda-agenda luar yang menyedot energi belajar supri. Sekarang fokus untuk menghadapi UN” rayu pak diman.
Supri hanya diam dengan hati yang luluh lantah-berkeping-keping.
Ia meminta saran dan solusi ke sahabat dan ustadznya tentang masalah yang tengah ia hadapi. Alhamdulillah ia tidak menyangka mendapatkan suntikan energi yang sangat dahsyat dari sahabat-sahabat dakwah dan ustadz-ustadznya.
“Laa Tahzan Innallaha Ma’ana : Jangan bersedih hati. Sesungguhnya Allah bersama kita” dan ingat pri “Duri hari ini adalah bunga di hari esok”. Gumam hati supri meneguhkan langkahnya untuk terus gencar dalam berdakwah.
Senin pun menjelang. Dimana keputusan itu harus dilontarkan. Antara keluar dari Dakwah atau Dari Instansi sekolah?
Namun di hari H Supri keheranan. Karena dari pihak sekolah, baik dari kepseknya sendiri ataupun dari wakasek kesiswaan tidak ada yang memanggil dirinya.
Alhamdulillah, berkat Kesiqqohan dan Keistiqomahan Supri dalam berdakwah serta keuletan dan keseriusannya tatkala melakukan kebaikan disekolahnya, Allah pun menolongnya. karena ia sangat haqqul yakin akan janji Allah, bahwasanya "Ing tang surullaha yang surkum wa yu tsabit akdamakum : Barangsiapa yang menolong agama Allah niscaya Allah pun akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya." (Terjemahan Qur’an Surah. Muhammad : 07).
Dan pada akhirnya surat pengunduran diri untuknya lapuk dimakan waktu. Supri pun bersyukur atas nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya “Tidak ada masalah tanpa adanya jalan keluar” bisik hati supri meyakinkan. 
Lisannya kembali mengucap syukur, karena Supri diijinkan oleh Kepsek untuk mengajak siswa-siswi yang ada di Sekolahnya untuk mengikuti Kajian Islam Rema (KIR). Ia juga memiliki inisiatif yang sangat cerdas untuk mengadakan Kajian Islam yang serupa dengan Kajian Islam Remaja (KIR). Langsung ia susun dan ia beri nama Kajian Islam itu Kajian Islam Super Intensif (KISI) yang diadakan olehnya bersama seksi bidang kerohanian OSIS setiap Hari Senin, sehabis pulang Sekolah di Ruangan Multimedia dan Alhamdulillah Kajian Islam Super Intensif  mendapat restu positif dari pihak sekolah.
Kajian Islam Super Intensif, ia awali dengan topik bahasan yang bikin panas kuping para aktivis pacaran di Sekolahnya. Yakni mengupas-tuntas tentang modus-modus indah dalam berpacaran. Ya, “Cinta Kita Memang Beda : Kuning kunanti, Jingga kudapati.” Walhasil Supri pun (Si Manusia Sejuta Perkara) semakin dijauhi, dibenci-dicaci-dimaki bahkan senantiasa mendapat tawaran duel secara jantan oleh para aktivis pacaran di sekolahnya. Namun, semakin banyak para aktivis pacaran yang membencinya justru membuat Supri semakin tertantang untuk melejitkan dakwah di sekolahnya. Dan pada akhir petualangannya membasmi hama pacaran, ia memberanikan diri mengirimkan sepucuk surat cinta untuk sahabatnya yang sudah teracuni oleh hama pacaran stadium 4. Yang dimana didalam suratnya termuat haramnya melakukan aktivitas pacaran. Kurang lebih isinya seperti ini ;
*****
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Jujur, setiap hari bahkan setiap saat saya selalu melihat sahabat tengah asyik sekali duduk dua-duaan ngobrol sama pacar sahabat. Entah saya juga tidak tau menau apa yang sahabat obrolkan. Maaf sebelumnya bukan iri ataupun hendak menggurui namun ini semata-mata hanya mengingatkan dan menyampaikan kebenaran! Cuma itu.
Hati-hati sahabat, Iblis senantiasa merongrong manusia setiap hari-setiap saat dengan tipu daya muslihat yang begitu nikmat menurut kacamata syahwat, yang itu semua akan berdampak berbahaya bagi keimanan kita, sehingga hati dan iman kita akan jatuh dan mudah untuk berkarat. Salah satunya adalah aktivitas khalwat (dua-duaan) sahabat dengan pacar sahabat yang senantiasa dilakukan setiap hari-setiap saat. Katahuilah sahabat, aktivitas pacaran itu adalah salah satu tipu daya muslihat syahwat yang begitu memikat untuk menjatuhkan Sahabat berdua kedalam gerbang perzinahan yang begitu menggeliat (Silahkan Cek QS. Al-Isro : 32) dan tentunya akan terjerumus kedalam lubang kobaran api neraka jahanam yang sangat hitam pekat. Sepakat?
Kenapa saya harus mengingatkan? peduli amat sih?emangnya siapa saya buat sahabat?
         Karena Sahabat adalah sahabat saya yang saya sayangi. Saking sayangnya, saya gak mau Sahabat dan pacar Sahabat, badannya tersentuh oleh panasnya api neraka.
         Karena Sahabat dengan pacar Sahabat, Belum ada cap Halal dari stempel Islam. Jadi akan berdosa jika Sahabat masih tetep berdua-duaan setiap hari bahkan setiap saat.
         Karena Sahabat dengan pacar Sahabat masih ada dalam lingkungan sekolah, maka tidak sepatutnya melakukan hal seperti itu. Syukur-syukur di luar sekolah Sahabat tidak berdua-duaan dengan pacar Sahabat. Itu yang Allah dan Rasulullah inginkan dan tentunya oleh saya pribadi juga sangat menginginkannya .
Kalau Sahabat masih nekad alias masih tetap melakukan aktivitas dua-duannya. Sungguh! saya akan laporkan sahabat beserta pacar sahabat pada pihak sekolah untuk ditindak lanjuti. It’s Your Choice Sob!
Terimakasih saya haturkan atas semuanya, semoga bisa di jalankan amanah ini dengan hati yang lapang dan penuh dengan keikhlasan.
Dariku, Sahabat yang menyayangimu..

Supriadi
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Namun setelah surat itu meluncur dan diterima serta dibaca. Tak diduga olehnya, sehabis bel pulang berbunyi, tepatnya dipersimpangan jalan ia dihadang oleh segerombolan aktivis pacaran untuk mengajaknya duel bersama. Dari arah belakang terlihat ada 2 orang lelaki berkaos hitam Marjinal, disamping kanan-kiri berdiri 2 orang lelaki pucat-pasi dan dari arah depan ada 2 orang lelaki hitam-kucel tengah mengepalkan tangan mereka untuk dilayangkan kearah wajahnya Manusia Sejuta Perkara (Supri). Namun dengan santainya Supri menjawab “Saya hanya mengingatkan bukan untuk menggurui, saya hanya menunaikan amanah bukan untuk membuat kalian marah, saya sangat sayang pada kalian bukan iri dengan aktivitas pacaran kalian, terimakasih ijinkan saya untuk pulang”. Akhirnya dengan ucapannya seperti itu, luluh lantah hati para aktivis pacaran dibuatnya dan pada akhirnya membiarkan manusia sejuta perkara itu pulang tanpa ada gangguan sedikitpun dari mereka.

Ini hanya segelintir kisahku “Sang Musafir di Bumi Allah” yang benar-benar terjadi dalam dunia nyata bukan hanya dalam Fiktif Belaka. Semoga bisa MengInspirasi-Memotivasi Sahabat Fillah semuanya, khususnya yang lagi asyik membaca dan yang lagi tengah menghiba. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hamba Allah yang fakir akan ilmu, miskin akan amal, dan lancang mengemis Ridha-Nya dengan maksiyat dan dosa. #NovelisMuda

Pujangga Belantara

Info Lomba Menulis

Follow Me