Musa adalah anak kecil seperti bocah pada
umumnya, yang masih suka bermain dan bercanda. Seperti anak-anak seusianya, ia
masih polos, dan bahkan saat di depan audiens
sekalipun belum bisa duduk manis "anteng" layaknya orang dewasa.
Di samping itu, metode tahfidz yang
diterapkan oleh Ustadz La Ode Abu Hanafi selaku ayah sekaligus guru bagi Musa
juga bukanlah manhaj yang benar-benar baru, karena sudah banyak yg menerapkan
metode serupa sebelumnya.
Lantas, apa yang membuat Musa berbeda?
Tiada lain adalah cara berpikir Ustadz La
Ode Abu Hanafi yang memiliki "Mantra Ajaib" untuk anaknya, yakni "out of the box" atau yang kekinian disebut Anti Mainstream, beda dengan umum.
Saat berbenturan antara memikirkan
bagaimana dapur agar tetap mengepul, dengan bagaimana agar target tahfidz Musa
tetap berjalan, Abinya Musa lebih mementingkan tahfidznya Musa.
Saat bertabrakan antara memikirkan
mendapatkan ijazah pendidikan formal, dengan meraih cita-cita untuk menjadi
hafidz, Abinya Musa lebih memilih jalur Home-schooling dan meninggalkan sekolah
formal.
Cara berpikir Anti-Mainstream seperti
inilah yang menjadi "Mantra Ajaib" bagi Musa, disamping "Mantra-mantra" lain yang menjadikan Musa Luar Biasa seperti sekarang ini. Kesuksesan Abinya Musa dalam mendidik
putra sulungnya itu; yaitu maksimal dalam mengerahkan segala daya-upaya dan
berani merobohkan hitung-hitugan duniawi serta berani menerobos sekat-sekat
pikir yang terkadang menghambat langkah untuk maju. Sekali lagi, ini yang menjadi "Mantra Ajaib" bagi Musa, yakni dorongan kuat dari seorang ayah.
Kita boleh saja memiliki pisau yang sama,
tapi berbeda cara mengasah dan menggunakannya, ketajaman pisau kita akan
berbeda-beda pula.
Setidaknya itulah kesimpulan terpenting
yang dapat saya tangkap, dari puluhan artikel yang pernah saya baca di beberapa media sosial yang ramai memberitakan sosok ajaib, Musa.
Pekan lalu, Musa dan "Mantra Ajaibnya" maksudnya Ayahnya, mengikuti Lomba Hifzul Qur'an Internasional ke-23 di Mesir, yang
diikuti oleh 80 peserta dari 60 Negara dan menghadirkan 12 juri kaliber
Internasional.
Perlombaan ini merupakan ajang tahunan
Mesir yang merupakan laga paling bergengsi di jagat para Huffadz. Dan, Musa
telah mampu mengharumkan nama Indonesia dengan meraih juara ketiga untuk cabang
lomba di bawah usia 12 tahun. Juga seperti tahun-tahun sebelumnya, pemberian hadiah
bagi juara 1,2,3 dijadwalkan akan diserahkan pada malam 27 Ramadhan dalam sebuah
peringatan resmi Lailatul Qadar.
Semoga Allah memperbanyak orang-orang seperti Musa di Negeri ini. Karena sebenarnya al-Qur'an merupakan solusi atas segala permasalahan yang ada, termasuk permasalahan yang menimpa negeri tercinta ini. Dan, al-Qur'an sejatinya bukan hanya untuk dibaca dan dihafal, melainkan untuk diterapkan dan diaplikasikan dalam kehidupan. Agar #IslamRahmatanLilAlamin benar-benar terwujud nyata dan sempurna. Bukan hanya kini, tapi untuk esok dan masa depan. Insya Allah. [ucu]
Semoga Allah memperbanyak orang-orang seperti Musa di Negeri ini. Karena sebenarnya al-Qur'an merupakan solusi atas segala permasalahan yang ada, termasuk permasalahan yang menimpa negeri tercinta ini. Dan, al-Qur'an sejatinya bukan hanya untuk dibaca dan dihafal, melainkan untuk diterapkan dan diaplikasikan dalam kehidupan. Agar #IslamRahmatanLilAlamin benar-benar terwujud nyata dan sempurna. Bukan hanya kini, tapi untuk esok dan masa depan. Insya Allah. [ucu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar