Sejenak, ingin lepas dari semua ini
Muak... Bosan... Penuh kamuflase
Kota udang dan kota angin didera petaka
Masalah selalu apatis
Langsung tikam tanpa kompromi
Akademik tengik!
Menyeret waktu pada masa silam
Kakak brengsek!
Teman durjana!
Butuh lentera tuk terangi
Sekarang, terhanyut jiwa pada lorong gelap tak bertepi
Sungil... Gigil... Cekam
Ingin ku cakar langit
Kau taburkan pula di tengah padang gembala
Agar sinarnya menjadi lentera
Hah... Kau ini mimpi
Bunga tidur kau bawa ke alam nyata
Bersabar... Iringi dengan lapang dada
Kau hanyalah pendita ratu
Tak lebih walau sesenti
Hey... ngaca!
Sudahlah, teruskan langkahmu bersama gulita
Tak perlu dihenti
Langit sendirinya membuka jubah
Tak perlu kau cakar
Tak usah kau belah dadanya
Biarlah waktu terus bergulir
Memutari titik kodratnya
Wahai rindu, andai kau paham maksudnya waktu
Terlebih bercakap suara Sebatas kata melaui tinta
Bersama waktu kau kan dewasa
Ditempa masalah yang bertubi
Dihimpit pilihan yang sesakkan dadaWahai rindu, andai kau paham maksudnya waktu
Terlebih bercakap suara Sebatas kata melaui tinta
Diri, tak mampu bertatap mata
Dengan puisi ini ku luapkan hal-ihwal
Tentang waktu, tentang perkara, tentang rindu, dan tentang semuanya.
Ucu Supriadi
Kota Angin, 22 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar